(Tajuk: Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XV)
Sumber-sumber rujukan ajaran Islam pasti senantiasa
terjaga keasliannya karena Islam adalah agama Allâh untuk kemashlahatan
manusia di dunia maupun akhirat. Maka seperti halnya al-Qur’an,
hadits-hadits Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam yang muliapun akan
tetap utuh dan terjaga keasliannya. Setiap hadits palsu, lemah, atau
diragukan keasliannya pasti akan terseleksi. Sehingga yang asli dan
benar akan tetap dapat diketahui.
Dengan demikian, kebenaran ajaran Islam adalah
kebenaran mutlak dan tidak diragukan, sebab sumber ajaran Islam adalah
al-Qur’ân dan hadits Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam yang
kedua-duanya merupakan wahyu Allâh Ta'âla yang selalu terjaga dan berisi
kebenaran mutlak. Jika seseorang mengaku Muslim namun meragukan hal
ini, maka kemungkinannya dia orang bodoh yang bebal, atau orang yang
tersesat, atau orang munafik, atau mungkin juga merupakan kaki tangan
musuh-musuh Islam. Terutama jika yang terakhir ini menyebarluaskan
keraguannya di kalangan kaum Muslimin.
Allâh Ta'âla telah berjanji dalam firman-Nya :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr (al-Qur’ân), dan pasti Kami akan menjaganya. (QS. al-Hijr/15: 9)
Berdasarkan penjelasan para Ulama, maksud adz-Dzikr
yang senantiasa akan Allâh Ta'âla jaga bukan hanya al-Qur’ân saja,
tetapi juga Sunnah dan keaslian hadits-hadits Rasûlullâh shallallâhu
'alaihi wa sallam. Sebab hadits Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam
bukan merupakan sesuatu yang terpisah dengan al-Qur’ân. Ia merupakan
penegas dan penjelas al-Qur’ân (Lihat pembahasannya dalam rubrik
mabhats).
Untuk menjaga keutuhan hadits-hadits Rasul-Nya,
Allâh Ta'âla telah memberikan karunia yang sangat besar bagi umat ini,
yaitu ilmu sanad atau isnad. Ilmu tentang mata rantai para perawi
hadits yang dengannya keaslian hadits, kepalsuan dan kelemahannya akan
dapat diketahui secara akurat. Bahkan meskipun seseorang memalsukan
hadits sedemikian rapi dengan mengemukakannya melalui sanad buatan yang
seakan-akan benar, tetap saja akan dapat diketahui secara pasti
kebohongan orang tersebut dan kepalsuan hadits buatannya.
Inilah kehebatan Islam. Umat manapun selain Islam
tidak akan dapat memiliki ilmu sehebat ini. Oleh karena itu, peristiwa
apapun yang menyangkut urusan Dinul Islam, atau berkaitan dengan Dinul
Islam, yang terjadi pada zaman Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam,
zaman para Sahabat maupun zaman sesudahnya, akan dapat diketahui secara
teliti dan dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya.
Itulah sebabnya, dahulu para Ulama kita menyatakan
suatu perkataan yang sesungguhnya merupakan kaidah besar dalam Islam.
Yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu al-Mubarak rahimahullâh:
اَلْإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ، لَوْ لاَ الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
Isnad merupakan bagian dari agama, kalau sekiranya
tidak ada isnad, niscaya setiap orang akan dapat berkata menurut
kehendaknya.
(Riyawat Imam Muslim dalam Muqadimah Kitab Shahihnya)
(Riyawat Imam Muslim dalam Muqadimah Kitab Shahihnya)
Imam Ibnu Sirin rahimahullâh juga mengatakan:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ، فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ
Sesungguhnya ilmu (tentang isnad) ini merupakan
agama, maka perhatikanlah! Dari siapa engkau mengambil (pengetahuan
tentang) agamamu.
(Riwayat Muslim dalam Muqadimah Kitab Shahihnya)
(Riwayat Muslim dalam Muqadimah Kitab Shahihnya)
Imam Muslim rahimahullâh menyebutkan perkataan Ibnu
Sirin rahimahullâh ini di bawah judul : Bab Anna al-Isnad min ad-Din
(Bab bahwa isnad merupakan bagian dari agama ... dst).
Ibnu Sirin rahimahullâh mengatakan pula (yang
artinya): “Dahulu para Salaf tidak pernah menanyakan tentang isnad.
Tetapi setelah terjadi fitnah (perpecahan dan pemalsuan
riwayat-pen), maka para Salaf berkata: Sebutkan kepada kami mata rantai
orang-orang (isnad)mu. Kemudian jika diperhatikan, bahwa isnad itu
dari kalangan Ahlu Sunnah, maka riwayat haditsnya diambil. Namun
ketika diperhatikan bahwa isnad (mata rantai pembawa riwayat) itu dari
ahli bid’ah, maka tidak diambil riwayat haditsnya”. (Imam Muslim
dalam Muqadimah Kitab Shahihnya).
Demikianlah sekelumit tentang hebatnya salah satu
disiplin ilmu dalam Islam yang dengannya riwayat hadits dapat
dipertanggung jawabkan. Sungguh, ini merupakan karunia besar yang
diberikan Allâh Ta'âla kepada hamba-hamba- Nya, umat Nabi Muhammad
shallallâhu 'alaihi wa sallam.
Jika ada seseorang atau sekelompok orang yang
menganggap bahwa ilmu isnad bukan merupakan ilmu yang berharga,
berarti mereka tidak lebih dari katak yang terkurung dalam tempurung.
Tidak pernah mengerti dalamnya lautan Ilmu Islam. Wallâhu
al-Musta’an.
0 komentar:
Posting Komentar